Senin, 04 Juli 2016

Bijaksana Menggunakan Kata “Tetapi”

Berhati-hatilah dalam memilih kata-kata karena salah memilih kata bisa bikin orang kecewa. Maksud hati ingin memuji yang terjadi malah bikin sakit hati.
Begitulah nasehat orang bijak yang sering kita dengar. Namun, sudahkan Anda menyadari efek berbahaya dari penggunaan kata “tetapi” dalam konteks tertentu?
Anda pasti paham bahwa kata “tetapi” merupakan kata penghubung antara satu kalimat dengan kalimat lainnya.
Misalkan, kalimat pertama,“saya sudah makan”.
Lalu kalimat kedua,“saya belum minum”.
Kedua kalimat tersebut bila digabungkan dengan menggunakan kata “tetapi” menjadi,”saya sudah makan, tetapi saya belum minum”.
Gampang dan memberikan penjelasan umum. Namun, coba Anda perhatikan lagi bahwa dengan kata “tetapi” kalimat pertama, yakni,“saya belum makan” menjadi hilang maknanya. Yang ditekankan kemudian adalah makna dari kalimat,“saya belum minum”.
Inilah bahaya pertama dari kata “tetapi” yang harus Anda pahami benar.
Kata “tetapi” akan menghilangkan makna kalimat pertama sebelum kata “tetapi” dan memberikan penekanan pada makna kalimat kedua setelah kata “tetapi”.
Orang yang mendengar,“saya sudah makan, tetapi saya belum minum”, biasanya akan merespon bahwa yang lebih ditekankan adalah “belum minum”-nya. Tak perduli perihal “sudah makan”-nya. Makan apa dan dimana tidak berarti lagi. Yang diperhatikan adalah kalimat “belum minum”-nya.
Lalu apa yang ada dalam benak Anda bila mendengar kalimat-kalimat berikut ini?
”Oke pekerjaan kamu bagus, tetapi masih ada yang harus diperbaiki.” Atau,”kamu boleh cuti, tetapi tolong HP jangan dimatikan selama cuti.” Atau,”silahkan pesan makan sesukanya, tetapi bayar sendiri-sendiri ya!”
Nah, inilah bahaya kedua dari kata “tetapi” yang juga harus Anda waspadai, yaitu selalu diikuti oleh kalimat-kalimat “bad news”.
Anda biasa akan terjebak untuk selalu melontarkan kalimat-kalimat negatif setelah kata “tetapi” yang efek-nya jadi mengecewakan teman bicara Anda.
Enak didepan, nga enak udahannya. Begitulah yang Anda rasakan bukan? Hal ini dibahas detail oleh Rintu Basu, pakar NLP dunia, dalam bukunya yang berjudul “Persuasion Skills, Black Book”.
Bisa dibayangkan bagaimana bila Anda menggunakan kata “tetapi” tersebut untuk memuji, menyetujui atau memotivasi orang lain.
Yang terjadi adalah bahwa pujian Anda cuma pujian setengah hati atau setuju untuk tidak setuju.
Pujian Setengah Hati
Kata “tetapi” kerapkali digunakan secara sadar atau tidak untuk memberikan penghargaan kepada teman bicara. Hal ini biasa terjadi saat seseorang memberikan komentar terhadap kinerja atau prestasi tertentu. Contoh, bos Anda dikantor biasa akan berkata:
“Hasil kinerja Anda sangat baik tahun ini, tetapi ada hal yang harus diperbaiki.”
Dari kalimat tersebut diatas, bos Anda bermaksud untuk memuji Anda dan menyampaikan pesan agar Anda tidak terlena begitu saja. Anda harus melakukan perbaikan lagi agar prestasi Anda bisa lebih baik.
Namun, Anda sebagai orang yang dipuji akan merasa kecewa dan bisa berkata dalam hati,”ah, kalau begitu saya belum baik!” karena yang direspon oleh pikiran Anda adalah makna yang ditekankan setelah kata “tetapi”.
Apalagi kalau kemudian Anda mendengar banyak sekali yang harus diperbaiki. Contoh:
“Hasil kinerja Anda sangat baik tahun ini, tetapi banyak hal yang harus Anda perbaiki.”
Gimana ini…? Kinerja sudah baik tetapi banyak hal yang harus diperbaiki. Itulah bahaya dari kata “tetapi” yang membunuh kalimat awal.
Setuju Untuk Tidak setuju
Terkadang maksud baik untuk menghargai usulan atau saran dari seseorang malah justru menimbulkan keraguan dan kekecewaan disebabkan oleh kata “tetapi”. Contoh:
“Saya paham dengan maksud Anda, tetapi apakah hal tersebut bisa dilakukan?”
“Busana kamu bagus, tetapi kok warnanya tidak sesuai ya?”
Mendengar struktur kalimat seperti itu, pikiran Anda hanya akan merespon bahwa usulan Anda tidak disetujui atau si Dia tidak menyukai busana yang Anda kenakan.
Ada memang orang yang biasa lebih sopan dalam berkata:
“Saya sangat setuju dengan Apa yang Anda kemukakan, tetapi apakah ada usulan lain?”
Meskipun kalimatnya lebih sopan dimulai dengan menyatakan persetujuan, tetap saja apa yang Anda rasa adalah bahwa ide Anda tersebut tidak bisa diterima. Bikin down, dan malas memberikan ide atau masukan lagi lain kali.
Bagaimana Mensiasati?
Bila ingin memuji atau bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang agar dia bisa lebih baik lagi, jangan nyatakan kalimat-kalimat negatif setelah kata “tetapi”. Gunakan kalimat-kalimat positif saja.
Anda ucapkan hal-hal yang harus diperbaiki didepan sebelum kata “tetapi” kemudian memuji setelahnya. Contoh:
“Hasil usaha Anda tahun ini masih perlu perbaikan, tetapi ada kemajuan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun lalu”
Orang akan sangat suka karena dia hanya memperhatikan kalimat setelah kata “tetapi”, yakni, “ada kemajuan yang cukup signifikan“.
Akan lebih baik lagi kalau kata “tetapi” tersebut Anda ganti dengan kata “dan” lalu tambahkan beberapa modifikasi kalimat lainnya. Contoh:
“Hasil usaha Anda tahun ini masih perlu perbaikan, dan saya mau menambahkan bahwa ada kemajuan yang signifikan dibandingkan dengan tahun lalu karena itu hasil ini harus bisa ditingkatkan di tahun-tahun mendatang.”
Bagaimana menurut Anda? Sudah lebih baik kalimatnya bukan?
“Busana yang Anda kenakan bagus, tetapi kalau warnanya lebih cerah akan terlihat lebih baik”
“Orang sukses bukanlah orang dengan kekayaan dan kesuksesan dunia semata, tetapi orang sukses adalah orang yang bisa husnul khatimah”
“Kita bersyukur bukan karena bahagia, tetapi kita bahagia dengan selalu bersyukur.”
Mari mulai sekarang, kita pergunakan kalimat dengan lebih baik kepada siapapun. Apalagi kepada anak-anak kita.
Bila harus menggunakan kata “tetapi” usahakan setelah kata tersebut muncul kalimat positif bukan kalimat negatif. Atau, hindari sama sekali penggunaan kata “tetapi” ganti saja dengan kata “dan” diiringi dengan modifikasi kalimat tertentu.
Semoga berkenan dan kiranya juga mudah untuk dipahami. Penjelasan secara tertulis biasanya tidak bisa segera dipahami, tetapi dengan praktek dan kepedulian semua bisa menjadi mudah.
Sekarang Anda bisa perhatikan bagaimana pikiran dan perasaan Anda memberikan respon saat orang lain berbicara dengan kata “tetapi” kepada Anda tentunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar